Tentang Saya


Paras wajah saya sebelas-duabelas dengan Raditya Dika. Walaupun, saya cenderung berada di angka dua belasnya jika dibandingkan dengan sosok Kambing Jantan tersebut. Apalagi ketika bibir tipis saya sedang terkatup, ketika saya sedang berdoa kemudian makan secara perlahan-lahan dengan sendok dan garpu, saya lebih seperti sosok anak manis yang suka mengemut permen.
Tapi jangan salah menilai saya, Bilven Sandalista. Di balik sosok yang manis ini tersimpan jiwa yang bergelora.
Karir sebagai aktivis  saya rintis sejak belia, membuat saya menjadi salah satu pemuda pilih tanding dalam jagat pergerakan di Indonesia. Di tengah-tengah aksi menyuarakan suara-suara rakyat kepada kekuasaan yang tuli, saya selalu berada di barisan terdepan, berada di samping orator yang bersuara serak-serak basah. Di depan saya biasanya berjajar barisan pengaman, dari polisi, tentara, hingga satpam, lengkap dengan pentungan dan gas air mata. Tapi saya pantang tak mundur.
Saya cinta dunia literasi, makanya saya mengelola sebuah penerbitan dan toko buku di Bandung. Saya juga sering berpergian dengan membawa papan catur, ketika ada orang yang terlihat jago main catur maka akan saya tantang.
Sosok saya hampir sempurna. Ya, hampir, sebab sebagai lelaki berwajah manis, berpikiran cemerlang, dan rajin bangun pagi, saya mengalami persoalan serius jika berada di dekat perempuan. Ketika berada di dekat perempuan tiba-tiba bulu kuduk saya berdiri dan pipi saya tiba-tiba berubah menjadi merah merona.
Ada banyak gadis, juga janda, yang berusaha mati-matian menjadi pacar saya sampai-sampai mengeluarkan segala kemampuan dan kecerdasan untuk mendapatkan hati saya. Mereka telah melakukan segala taktik dan strategi. Ada yang membangunkan saya pagi-pagi sekali, tapi saya sudah bangun terlebih dahulu. Ada yang memberikan kado buku terbaru, tapi saya telah membeli buku yang sama sehari sebelumnya. Ada yang membawakan piringan hitam Bob Marley, ini musisi favorit saya, tapi sahabat saya telah membawakan untuk saya dua hari sebelumnya.
Saya sendiri sampai-sampai tak habis pikir, makhluk perempuan seperti apa yang saya cari.
Hmmmmm… Begini saja.. Hai, kamu perempuan, masih gadis atau sudah janda, atau apapun itu, beranikah kalian menghadapi tantangan saya untuk mendapatkan hati saya?

2 comments:

  1. Terlampau alay, bang. Saya tak menemukan narasi mencerahkan kecuali ketampakan gasal logika yang teramat absurd!

    ReplyDelete